Kamis, 10 Desember 2009

Mencapai Puncak Karier lewat Jalan Terjal

Mencapai Puncak Karier lewat Jalan Terjal

Kamis, 1 Mei 2008 - 09:53 wib



JURUS penting menghadapi ketatnya kompetisi di industri automotif adalah inovasi. Sergio Marchionne melengkapinya dengan ekspansi.

Marchionne berambisi membawa pabrikan mobil asal Italia ini masuk ke pasar Balkan. Salah satu caranya dengan menggandeng perusahaan automotif terkemuka Serbia, Zastava.

Untuk memuluskan misi ini, Marchionne siap merogoh koceknya cukup dalam, 300 juta euro (Rp4,3 triliun), untuk berinvestasi di Serbia. Marchionne telah melakukan pembicaraan dengan Pemerintah Serbia mengenai kerja sama investasi ini.

Marchionne tergolong CEO yang jeli membaca peluang pasar dan cepat dalam mengambil keputusan. Jika dia terlambat sedikit saja, impian besar itu pun akan lenyap. Sebenarnya banyak pabrikan mobil Eropa dan Asia yang tertarik menjalin kerja sama dengan perusahaan mobil papan atas di Serbia itu. Sebelumnya, perusahaan automotif berbendera Jerman, Volkswagen, melirik negara bekas pecahan Yugoslavia itu sebagai daerah untuk memperluas pangsa pasar.

Bukan hanya itu, perusahaan automotif China yang bernaung di bawah nama FAW juga tertarik untuk menanamkan investasinya di Zastava. Namun, Marchionne sangat berhati-hati mengambil keputusan. Marchionne telah melakukan pengamatan terhadap keadaan negara itu.Tapi dia belum memutuskan melakukan penawaran.

"Fiat sangat tertarik pada persekutuan strategis dengan Zastava ini melalui sebuah kerja sama investasi dengan Pemerintah Serbia," ungkap Menteri Perekonomian Serbia.

Pada Desember lalu, Pemerintah Serbia melaksanakan prosedur penawaran awal mengenai penjualan Zastava. Bulan lalu, Pemerintah Serbia menunda penawaran atas penjualan Zastava kepada Marchionne karena krisis yang melanda negara itu akibat bentrokan warga dan pasukan PBB di Kosovo. Dalam pembicaraan antara Marchionne dan petinggi Zastava, perusahaan automotif Serbia tersebut akan merakit mobil bermerek Punto untuk Fiat.

Zastava juga siap memasarkan produk tersebut di dalam dan luar negeri. Tak ketinggalan, Zastava berencana mengekspor mobil tersebut ke Rusia. Marchionne berharap kerja sama investasi ini dapat mengangkat kembali keterpurukan Zastava sejak 1999. Saat itu, Zastava menjadi target serangan udara NATO. Proses pembangunan kembali industri ini pun berjalan sangat lamban.

Buktinya, Zastava hanya mampu memproduksi 15 ribu unit mobil pada 2006.Jumlah tersebut masih jauh di bawah kapasitas produksi tahun sebelumnya dengan total 60 ribu unit. Namun, Marchionne yakin perusahaan tersebut akan dapat bangun kembali dari keterpurukan. Pasalnya, Serbia merupakan daerah strategis untuk melakukan pelebaran sayap di kawasan Balkan.

Di saat yang sama, Marchionne terus mendorong Fiat untuk selalu melakukan pengembangan. Salah satunya dengan menciptakan teknologi automotif ramah lingkungan. Saat ini,Fiat sedang mengadakan uji kelayakan terhadap mesin automotif berbahan bakar etanol. Marchionne yakin model automotif dunia akan mengalami pergeseran dari bahan bakar minyak menjadi bahan bakar biogas.

Untuk itu, Fiat telah melakukan ancang-ancang membidik pasar automotif di Benua Amerika, terutama di Brasil. Brasil merupakan salah satu negara penghasil etanol terbesar di dunia. Sekarang ini Fiat meluncur kan mesin berbahan bakar etanol. Mesin tersebut akan dipergunakan untuk menggerakkan truk dan beberapa jenis mesin pertanian di Brasil pada 2010.Fiat siap menginvestasikan dana sebesar EUR10 juta (Rp143,5 miliar) untuk proyek ini.

Marchionne mempunyai impian menciptakan mobil jenis Alfa Romeo untuk dipasarkan di Amerika Utara.Dia berharap megaproyeknya dapat terealisasi sebelum akhir 2012. Sebenarnya, impian itu telah dia dikemukakan sejak Desember tahun lalu. Dia mengamati secara intensif pasar automotif di wilayah Ontario. Perjalanan karier Marchionne sebagai CEO Fiat tergolong sangat terjal.

Dia mencapai jabatan CEO pada Juni 2004. Saat itu dia dihadapkan pada masalah keuangan yang pelik di tubuh perusahaan, namun dia yakin dapat keluar dari permasalahan itu. "Perjuangan untuk mempertahan kan nasib perusahaan ini tidak pernah padam," ungkapnya di depan para pimpinan tinggi Fiat. Saat itu, perusahaan asal Turin yang sudah berumur 110 tahun itu mengalami krisis keuangan.

Beberapa produk yang dilempar di pasar gagal memenuhi harapan perusahaan. Akhirnya perusahaan harus kehilangan USD10,6 miliar (Rp97,7 triliun). Pada Mei 2006, Marchionne membuat pernyataan untuk membeli kembali 34 persen saham Ferrari yang sempat dijual perusahaan itu pada 2002. Tahun 2005, Marchionne baru bisa mengembalikan lima persen saham tersebut. Rencananya, Fiat membeli kembali sisa saham Ferrari sebesar 29 persen yang saat ini dikuasai kelompok Abu Dhabi.(Muchammad Ismail/Sindo/rhs)

Sumber :

http://economy.okezone.com/read/2008/05/01/22/105502/22/mencapai-puncak-karier-lewat-jalan-terjal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar