Dmitry Rybolovlev
Jadikan Pupuk sebagai Sumber Kekayaan
Senin, 23 Juni 2008 - 09:53 wib
Dmitry Rybolovlev, 41, dikenal luas dunia internasional setelah membeli rumah termahal di Florida,Amerika Serikat (AS) senilai USD100 juta (Rp925,8 miliar).
Rybolovlev adalah miliarder yang menjadikan pupuk sebagai tambang emas. Dia memimpin Uralkali, perusahaan tambang potasium (bahan
Nilai saham Uralkali di pasar saham London, Inggris, naik dua kali lipat tahun ini sebagai dampak dari lonjakan harga pangan dunia dan menipisnya persediaan pupuk. Kedua faktor itu telah membuat harga pupuk ikut naik tajam.
"Selama bertahun-tahun, ketertarikan bisnis utama saya adalah pada industri potasium, tapi saya juga memiliki ketertarikan dalam beberapa bidang bisnis di seluruh dunia, termasuk real estate," ungkap Rybolovlev yang dikutip Reuters.
Menurutnya, akuisisi properti di
Rybolovlev mendapatkan gelar sarjana dari Institusi Kesehatan Perm pada 1990. Kemudian, dia memulai berkecimpung dalam bisnis pupuk. Pada 1994, dinominasikan menjadi direksi Uralkali, perusahaan yang didirikan pada 1930. Ketika Uralkali diprivatisasi pada 1995, dia membeli saham perusahaan itu. Kini, dia menguasai 80 persen saham perusahaan tersebut.
Uralkali merupakan perusahaan yang memproduksi potasium terbesar di Rusia. Pada 2005, Uralkali mencapai peringkat tertinggi dalam produksi potasium sepanjang sejarah Soviet hingga berganti nama menjadi Rusia. Tahun itu, Uralkali memproduksi 5,41 juta ton pupuk potasium. Angka penjualannya pun meningkat sampai 20,72 miliar rubel (Rp8,14 triliun) atau naik 77 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Keberhasilan Rybolovlev dalam mengelola Uralkali tidak lepas dari sistem pengembangan bisnis tambang yang ramah lingkungan. Dalam manajemen keuangan, dia mengembangkan sistem keuangan yang terorganisasi dan rapi sehingga bisa menekan biaya yang tidak perlu. Dia juga melakukan pengetatan dana sebagai bentuk efisiensi. Dari tahun ke tahun, Rybolovlev juga terus melakukan ekspansi.
Setiap tahun, rata-rata dia menginvestasikan dana segar sebesar 4,13 miliar rubel (Rp1,62 triliun) untuk membuka tambang potasium baru. "Kita harus terus meningkatkan kualitas dan kemampuan perusahaan untuk bisa mengembangkan skala pencapaian target yang lebih luas,"paparnya.
Dia ingin memperluas pasar potasium di seluruh dunia. Langkah-langkah yang ditempuh antara lain membuka tambang baru dan memodernisasi perlengkapan.
"Ke depan, kita ingin menjadi yang pertama dan terdepan dalam ekspor potasium ke seluruh dunia," tuturnya. Menjadi besar adalah keinginan setiap pengusaha. Rybolovlev juga ingin menjadikan Uralkali sebagai perusahaan besar.
Hal itu bukan mustahil dicapai lantaran saat ini belum banyak perusahaan kompetitor menjadikan pupuk sebagai peluang bisnis. Bagi Rybolovlev, menjadikan perusahaan besar bukan dengan cara penggabungan (merger). Menurutnya, kerja sama dengan kompetitor memang dapat saja terjadi, tetapi bukan untuk menjadikannya bergerak senada dan seirama.
Dia beranggapan, kompetisi yang makin kuat justru akan menjadikan perusahaan semakin kompetitif dan selalu ingin menjadi nomor satu. "Salah satu cara paling mudah untuk mendapatkan dana segar, yakni dengan menghimpun banyak investor untuk bergabung atau membeli saham. Krisis pangan yang mengancam akan membuat investor melirik peluang bisnis yang berkaitan dengan pertanian, seperti pupuk," tuturnya pada Bloomberg.
Bagi Rybolovlev, pengusaha harus konsisten dengan apa yang diperjuangkannya. Ketika banyak perusahaan pupuk memproduksi pupuk dalam kemasan sedang, dia langsung menolaknya.
Dia tetap ingin mempertahankan bahwa pasar yang digarap Uralkali adalah segmen pupuk untuk komoditas besar. Saat ini, Rybolovlev masih memperluas pelabuhan dan sistem transportasi perusahaannya. Dia menuturkan, perusahaan yang besar akan menjadi lebih berkembang dengan satu syarat, yaitu dukungan distribusi. (Andika Hendra Mustakim/Sindo/rhs)
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar