Minggu, 28 Juni 2009

4 TIPE MANAJER

Artikel ini pernah terbit pada harian REPUBLIKA yang mana tanggal nya saya lupa, yang pasti sebelum tahun 2000. Meskipun sudah lama, tapi isinya masih bagus untuk di ketahui untuk teman teman diimaaz yang sudah jadi manager atau belum………. Mungkin yang perlu di garis bawahi adalah tipe manager prosesor, kalo dulu mungkin masih Pentium 1, sekarang tipe manager prosesornya harus sudah pake core to duo tambah ciek juga bolehhhhhhhh…….hee10000x memang di Rumah Makan Padang…

Semoga aja bermanfaat untukm karier teman-teman…………………….


TIPE MANAJER APAKAH ANDA??

Hati-hati memilih jalur karir. Tak semua karir bisa membuat Anda kerja optimal, meski bergaji besar. Berdasarkan survei — ada empat karakter manajer, tipe yang manakah Anda? Sudah sesuaikah karir yang Anda pilih dengan potensi Anda? Lain lubuk lain ikannya, lain manajer lain kararternya. Ungkapan ini berarti. kalau ada seribu manajer berkumpul dalam suatu tempat, maka sejuta karakter akan muncul di situ. Namun karakter dari beribu-ribu manajer tersebut, pada intinya terkelompok menjadi empat macam. Hal ini terungkap dari hasil survey pengamat manajeman Hari Sudarmaji, terhadap 34 perusahaan yang tersebar di seluruh Indonesia.

Survei yang dilakukan managing partner sebuah konsultan manajemen ini dilakukan selama 16 tahun, yakni dari 1980 hingga 1996. Hari mengaku, pihaknya memerlukan waktu lama untuk menelusuri profit perusahaan­perusahaan yang hendak dijadikan responden. Penelusuran ini penting, agar responden yang dijadikan sam­pelnya benar-benar representatif. Namun, mantan manajer SDM Uni­lever ini tidak bersedia menyebut nama-nama perusahaan yang ditelitinya, tapi yang jelas semua perusahaan tersebut memiliki reputasi tingkat nasional.

Sekitar 30% perusahaan yang ditelitinya adalah bank dan lembaga keuangan. Sedang, lembaga nirlaba seperti yayasan, LSM sekitar 21 %, Perusahaan asuransi, trading, dan trans­portasi, masing-masing berjumlah 10%, dari 34 perusahaan tersebut. Sedangkan perusahaan Telekomunikasi, multi level marketing, dan pariwisata, masing-masig hanya 5%. Yang jumlahnya paling sedikit adalah perusahaan manufaktur, yaitu hanya 4%, dari keseluruhan sampel.

"Survei ini dilakukan dengan meto­de empifikal,"aku pria kelahiran tahun 1957 ini. Metode tersebut dilakukan dengan membagikan kuisioner yang harus diisi oleh responden. Dalam hal ini, responden yang berhak mengisi adalah Top manager dari perusahaan yang bersangkutan. Meski jumlah perusahaan yang diteliti hanya 34, namun top manager yang menjadi respondennya mencapai 87 Orang. Selain menyebarkan kuisioner, metode tersebut juga mendekati manajer yang men­jadi responder secara pribadi melalui wawancara.

Dari survei itu tersimpul, kelompok pertama adalah manajer yang memiliki karakter inovator, Tipe ini biasa­nya lebih suka menjajal hal-hal yang memberi tantangan baru. Inovator juga kaya akan gagasan-gagasan baru untuk mengembangkan perusahaan yang dipimpinnya. "Kalau ada seorang manajer cepat jenuh melakukan bidang yang sama, padahal masa kerjanya masih relatif singkat, yakni baru 5-6 tahun, maka inilah manajer yang ber­karakter inovator," tandas manajer yang dalam 16 tahun pernah enam kali pindah perusahaan. Secara sederhana nampak, bahwa manajer inovator me­miliki mobilitas perpindahan yang sangat tinggi.

Seorang pemilik perusahaan yang memiliki manajer bertipe inovator, maka selayaknya menempatkan pada yang sama sekali berbeda satu sama lain.

Kelompok karakter kedua adalah mereka yang berkarakter prosesor. Ciri menonjol seorang prosesor adalah senang melakukan hal yang sama dalam waktu yang relatif lama. Menurut mantan top manager Asuransi Jiwa Tugu Mandiri ini, prosesor biasanya enggan dipindahkan ke bidang lain meski diberi gaji yang lebih besar. "Mereka berpikir kalau harus pindah berarti harus kenalan dengan teman baru lagi, menghadapi meja yang lain lagi, adaptasi lagi. Ini adalah hal yang terlalu berat untuk mereka lakukan,” ujar pakar sumber daya manusia ini.

Manajer bertipe prosesor, lebih co­cok ditempatkan pada bidang akunting. Bidang akuntansi, cenderung memberi proses kerja yang relatif sa­ma. Selain itu, inti dasar dari akuntan­si ini adalah kesepakatan. Terbukti dengan dasar kerja akuntansi di Indonesia yang bertumpu pada PAI (Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia). Sedang di Amerika prinsip tersebut dikenal dengan GAAP (Generally Accounting Accepted Principal).

"Dalam akuntansi, intinya adalah kiri dan kanan (maksudnya debet dan kredit) harus sama' " kata jebolan fakultas ekonomi UGM (Universitas Gajah Mada) tahun 1981 ini. Tipe prosesor akan mengalami tekanan berat kalau setiap hari diberi tantangan-tantangan baru. Sebaliknya, tipe inovator juga akan mengalami stres berat kalau harus berkutat di bidang akuntansi.

Tipe ketiga adalah manajer dengan kesukaan menampung keluhan-keluhan para bawahannya. Manajer yang memiliki hobi ini adalah mereka yang berkarakter fasilitator. Para fasilitator ini fungsinya hampir sama dengan kantor pos. Mereka tampung pesan untuk disampaikan kepada pihak lain. Dengan sederhana terlihat, para fasilita­tor senang memenuhi meja kerjanya dengan memo.

Bidang yang sangat membutuhkan peran manajer berwatak fasilitator adalah personalia. Menurut Hadi, sudah menjadi adat istiadat perusahaan, kalau bidang personalia selalu dipenuhi keluhan karyawan. "Saat ini, sering­kali terjadi unjuk rasa buruh. Mereka merasa aspirasinya, terutama tentang UMR, sering tak tersalur. Jadi, peran fasilitator menjadi sangat dibutuhkan," ujarnya pada bussines gathering di Bandung pekan lain.

Tipe terakhir yang terungkap adalah analytical manager. Pengolahan data menjadi informasi sangatlah disenangi oleh manajer yang analitis ini. Umum­nya, mereka memiliki tingkat kejelian yang sangat tinggi. Tipe ini idealnya duduk di kursi penelitian dan pengem­bangan. Alasannya, para analisator ini jelas orang yang sulit percaya pada hal yang baru diketahuinya.

Dengan begitu watak analisator ini nyambung dengan tradisi penelitian yang terus mencari jawaban dari segala permasalahan.

Hari menegaskan, empat kelompok watak tersebut, tidaklah bisa dibandingkan satu sama lain. "Mereka baik pada posisinya masing-masing. Dan mereka akan menjadi jelek kalau bera­da pada posisi orang lain," tandasnya. Prinsip the right man on the right place menurut Hari masih kurang lengkap. Berdasar hasil studinya, ia mengusul­kan agar ungkapan tersebut ditambah menjadi the right man on the right place, right time, and right price.

Keempat kelompok karakter itu, apabila diposisikan sebagaimana mestinya, akan menggiring perusahaan pada trend perampingan organisasi. Itu berarti efisiensi dan efektivitas kerja menjadi lebih baik.

Produsen videogame Nintendo me­rupakan contoh perusahaan yang memiliki organisasi yang ramping. Per­usahaan ini, hanya memiliki 2.300 kar­yawan yang tersebar di seluruh dunia. Padahal program videogame yang diproduksi Nintendo setiap tahun mencapai 315 program dengan total omset mencapai Rp 17 tniliun.

Bukan sekadar perampingan. Tapi menurut Hari, perusahaan di masa mendatang juga akan memiliki struk­tur organisasi piramida terbalik. JumIah top manager lebih banyak dari middle manager. Jadi semakin rendah jabatan, semakin sedikit pula jumlah karyawannya. Setujukah Anda???





Tidak ada komentar:

Posting Komentar