Spoiler for sasak:
JEMBATAN CIRAHONG
SUDAH SEABAD, TETAP KOKOH
"Siapa pun yang melihat jembatan rel kereta api (KA) Cirahong, pasti akan kagum. Sudah satu abad lebih, jembatan itu masih kokoh. Bahkan, ketika terjadi gempa bumi tanggal 2 September lalu, jembatan Cirahong tetap saja kokoh," kata Afandi, warga Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya.
Bagi warga Manonjaya, memang keberadaan jembatan Cirahong merupakan salah kebanggaan yang mereka miliki. Dijadikan kebanggaan, bukan saja karena memberikan sumber penghidupan bagi sebagian warganya. Tetapi lebih dari itu, mereka memiliki salah satu peninggalan sejarah yang unik, sekaligus sering menjadi tempat wisata warga setempat.
Dikatakan unik, karena jembatan Cirahong merupakan satu-satunya jembatan kereta api yang memiliki dua fungsi. Pertama, bagian atas berfungsi utuk lintasan kereta api. Sementara bagian bawah rel kereta api merupakan jembatan yang digunakan untuk kendaraan roda empat atau motor yang menghubungkan daerah Ciamis dan Tasikmalaya lewat Manonjaya, Kab. Tasikmalaya.
Konstruksi jembatan dengan panjang 202 meter itu, juga sangat mengagumkan. Dinding rangkanya mirip anyaman membentang perkasa di atas Sungai Citanduy. Secara konstruksi jembatan itu, ada lima bentuk. Dari pangkal sampai ujung, konstruksinya terdiri atas, rusuk pelat (delapan meter), tiga dinding rangka lalu lintas atas dengan panjang masing-masing 62 meter, dan rusuk pelat delapan meter.
"Total bentangan jembatan yang berada di perbatasan antara Ciamis dan Manonjaya Kab. Tasikmalaya itu, 202 meter dengan ketinggaian dari dasar Sungai Citanduy mencapai 66 meter," kata Bambang, Kepala Humas PT Kereta Api (KA) Daerah Operasi II Bandung.
Jembatan itu dipasang tahun 1893 zaman Belanda dengan 372 bantalan kayu. Jembatan Cirahong juga diperkuat kembali pada tahun 1934. Hingga sekarang, jembatan tersebut masih kokoh. Bahan konstruksinya berasal dari baja dengan rusuk pelat, dinding rangka lalu lintas atas dengan rusuk kontinyu.
Ketika kereta yang melintas di jembatan itu, akan terlihat pemandangan yang memakau kita semua. Begitu indah melihatnya. Tidak heran kalau daerah itu, sering digunakan untuk lokasi pemotretan. "Pernah juga shooting film di lokasi ini," kata Aep warga setempat.
Jembatan ini menghubungkan kereta api dari arah timur Ciamis, ke daerah Tasikmalaya, begitu juga sebaliknya. Setiap hari atau selama 24 jam, lebih dari dua puluh kereta melintas jembatan ini.
Sementara di bagian tengah jembatan yang digunakan untuk perlintasan arus kendaraan menghubungkan Ciamis dengan Tasikmalaya, setiap hari jumlah yang melintas cukup banyak. Jalur Cirahong ini menjadi jalur alternatif menuju Ciamis lewat Manonjaya atau sebaliknya, dari arah Ciamis menuju ke Kota Tasikmalaya lewat Cirahong.
Selama ini tidak ada angkutan umum resmi yang melewati jalur itu. Kendaraan melintas adalah angkutan pribadi. Dari arah Manonjaya, Kab. Tasikmalaya, belok kiri di perempatan Manonjaya, sebelum perlintasan rel kereta api atau 18 kilometer dari arah Kota Tasikmalaya ke timur. Di perempatan itu, belok ke arah kiri menuju jalur Ciamis, lewat Cirahong.
Biasanya, sebelum masuk jembatan Cirahong, karena lebar badan jembatan hanya tiga meter, sehingga kendaraan melintas terutama mobil, harus satu arah atau bergantian. Di ujung pintu jembatan, ada para pemuda yang mengatur arus kendaraan yang masuk atau diminta untuk menunggu untuk secara giliran.
Pemuda dari daerah Manonjaya, biasanya yang mengatur arus masuk kendaraan dari pintu jembatan sebelah selatan atau pintu dari Manonjaya. Sebaliknya, dari arah Ciamis yang mengatur arus dari arah utara. Antarpetugas memiliki tanda atau kode, untuk mengatur lalu lintas agar tertib. Petugas pengatur arus lalu lintas di pintu Cirahong bergantian selama 24 jam.
Mereka biasanya mendapatkan upah dari sopir atau warga yang melintas di jembatan itu. Pemberian dari sopir rata-rata mulai dari Rp 500,00 hingga Rp 1.000,00. Dari ujung selatan atau Manonjaya, ada 20 pemuda yang mengatur bergantian. Begitu juga dari arah Ciamis, lebih dari 2o orang juga yang ikut mengatur.
Biasanya petugas itu, usai jaga di Cirahong membawa pulang uang rata-rata mulai dari Rp 25.000,00 sampai Rp 50.000,00. Akan tetapi, untuk yang jaga malam biasanya penghasilannya lebih kecil. "Habis kalau yang jaga malam, jarang kendaraan melintas. Kita tetap menjaga untuk kelancaran dan keamanan yang akan melintas," kata Yaya warga setempat.
Di sekitar Cirahong juga banyak berdiri warung yang menjajakan makanan dan buah-buahan khas Manonjaya, seperti salak setempat atau buah nangka. Makanan lainnya, ada karedok atau bakar ikan khas setempat.
Dari arah pintu Ciamis, sedang dibangun rumah makan khas Sunda. Tata letak bangunan berada di bukit, serta bentuk bangunannya juga cukup bagus, sehingga terkesan nyaman serta cantik khas pedesaan. Hanya saja, rumah makan di sekitar Cirahong tersebut belum selesai dikerjakan, sehingga belum buka.
Kehadiran rumah makan diperkirakan akan menambah suasana Cirahong semakin mengasyikan. Baik untuk wisata, berfoto maupun kegiatan lainnya. Cerita Cirahong zaman dulu yang seram atau tempat orang jahat melakukan perampokan, sekarang sudah hilang. Cerita baru Cirahong yang indah, dan menyenangkan untuk sekadar bersantai, beristirahat melepas penat. (Undang Sudrajat/"PR")***
ini gambarnya
Quote:
jalur motor dan mobil kereta saat melintas |
Umurnya udah 100 taun lebih gan...
Ternyata gan, ane dapet info baru. ada jembatan serupa di Cileungsi Bogor, jalur KA Citayam
ini penampakannya
Spoiler for jembatan Cileungsi:
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=2973618
fANTASTIC!!!!!!
BalasHapus