Endemik Indonesia, Jalak Bali hanya ditemukan di hutan bagian barat pulau Bali. Burung ini juga merupakan satu-satunya spesies endemik Bali, dimana pada tahun 1991 dinobatkan sebagai lambang fauna provinsi Bali. Keberadaan hewan endemik ini dilindungi undang-undang.
Jalak Bali ditemukan pertama kali pada tahun 1910. Nama ilmiah Jalak Bali dinamakan setelah pakar hewan berkebangsaan Inggris, Walter Rothschild, yang merupakan orang pertama yang mendeskripsikan spesies ini ke dunia pengetahuan pada tahun 1912.
Dikarenakan penampilannya yang indah dan elok, Jalak Bali merupakan salah satu burung yang paling diminati oleh para kolektor dan pemelihara burung. Penangkapan liar, hilangnya habitat hutan, serta daerah dimana burung ini ditemukan sangat terbatas menyebabkan populasi Jalak Bali cepat menyusut dan terancam punah dalam waktu singkat. Untuk mencegah hal ini sampai terjadi, sebagian besar kebun binatang di seluruh dunia menjalankan program penangkaran Jalak Bali.
Jalak Bali dievaluasikan sebagai kritis di dalam IUCN Red List serta didaftarkan dalam CITES
sumber lain :
Kapanlagi.com - Populasi alami "curik" atau burung jalak Bali (Leucopsar rotschildi) saat ini sudah sangat mengkhawatirkan dan bahkan kini sudah "di ambang kepunahan".
"Lembaga konservasi internasional seperti IUCN juga menyebutnya terancam punah dan dalam daftar CITES masuk kategori apendix 1, sehingga diperlukan rencana strategis untuk menyelamatkan dan mengembalikan habitatnya menjadi lebih banyak lagi," kata Menteri Kehutanan (Menhut), MS Kaban di Jakarta, Jumat (19/08).
Ketika meresmikan Asosiasi Pelestari Curik Bali (APCB) se-Indonesia, ia mengemukakan bahwa dengan adanya APCB tersebut maka ikhtiar untuk mengembalikan satwa khas simbol dari Propinsi Bali itu diharapkan dapat diwujudkan.
Mengutip data yang diinventarisir PHKA-Dephut, Menhut mengemukakan bahwa di habitat aslinya Taman Nasional Bali Barat (TNBB) sejak tahun 1997 hingga saat ini tinggal 14 ekor.
Ia menyatakan, mestinya pada tahun 2005 ini, melalui reintroduksi dan upaya-upaya konservasi, baik yang dilakukan secara "in-situ" maupun "ex-situ" jumlahnya bisa mencapai 150 ekor, namun dalam kenyataanya tidak berhasil mencapi jumlah tersebut.
"Ternyata upaya-upaya itu tidak memperlihatkan penambahan jumlah curik Bali secara signifikan," katanya.
Diduga kuat, kata dia, setidaknya ada tiga penyebab mengapa curik Bali tidak mengalami jumlah signifikan di habitat alaminya, yakni pertama karena faktor pencurian. Kedua, tidak efektifnya penjagaan oleh aparat berwenang dan ketiga, karena terjadinya degradasi dan kerusakan habitatnya.
Untuk itulah, kata dia, dengan terbentuknya APCB diyakini upaya meningkatkan kembali jumlah populasi curik Bali, akan dapat dilakukan, terlebih di antara anggota asosiasi cukup banyak para hobiis dan penangkar yang selama ini sebenarnya telah memberikan sumbangan dalam menambah jumlah curik Bali.
Dengan asosiasi tersebut, para penangkar yang semula cukup banyak yang melakukan kegiatan dengan sembunyi-sembunyi, kini dapat melakukannya dengan landasan undang-undang yang ada, dengan kunci utama penekanan "pelestarian".
"Bahwa dari kegiatan itu ada unsur kemanfaatan dan keuntungan secara ekonomi, namun fokusnya harus tetap dengan semangat pelestarian," katanya.
ini beberapa photo keindahan dari jalak bali.......sayang kalo sampek punah
Spoiler for photo 01:
Spoiler for photo 02:
Spoiler for photo 03:
Spoiler for photo 04:
Spoiler for photo 05:
Spoiler for photo 06:
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3086205
Tidak ada komentar:
Posting Komentar